Pongtiku biography
Verelladevanka Adryamarthanino , Nibras Nada Nailufar. Verelladevanka Adryamarthanino Penulis. Nibras Nada Nailufar Editor. Lihat Foto. Halaman Berikutnya Kendati demikiran, negara-negara ini masih…. Show All. Baca tentang Biografi Tokoh Indonesia. Pilihan Untukmu. Terkini Lainnya. Perbedaan Baitul Maqdis dan Masjidil Aqsa. Kutipan Hari Ini. Memory Game.
Populer Hari Ini. Populer Minggu Ini. Populer All Time. Try Sutrisno. Ari Wibowo. Selo Soemardjan. Stephen Tong. Taufiq Ismail. Anton M Moeliono. Otto Soemarwoto. Tan Shot Yen. Victor Hutabarat. Cik di Tiro. Pangeran Mangkubumi. GM Panggabean. Andi Irmanputra Sidin. Yenti Garnasih. Naomi Susilowati Setiono. AS Panji Gumilang. Rhenald Kasali.
Robiatul Adawiyah. Google News Google News. Biografi Pahlawan. Pong Tiku Tokoh. Pemimpin Perang Puputan Klungkung. Dihukum Mati di Singapura. Silakan masukkan komentar anda! Silakan masukkan nama Anda di sini. Anda telah memasukkan alamat email yang salah! Pencipta Lagu Bagimu Negeri. Pejuang Kemajuan Wanita. Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
Ma'dika Bombing, seorang pemimpin dari negara wilayah selatan, meminta bantuan Tiku. Sebulan setelah para utusan bubar, para pemimpin berkumpul di Gowa untuk membuat rencana aksi. Hasilnya adalah para penguasa lokal harus berhenti berperang di antara mereka sendiri dan fokus pada Belanda, yang memiliki kekuatan lebih unggul; [ 15 ] Walau begitu konflik internal ini, tidak sepenuhnya mereda.
Tiku ditugaskan untuk mengalihkan Belanda dari kota Rantepo yang sulit untuk dipertahankan, mulai membangun pasukannya dan pertahanannya. Pada bulan Januari Tiku mengirim pengintai ke Sidareng dan Sawitto, yang diserbu Belanda, untuk mengamati jalannya pertempuran. Ketika pengintai melaporkan kekuatan luar biasa pasukan Belanda dan kekuatan magis yang digunakan untuk melawan tentara Bugis, dia memerintahkan bentengnya untuk meningkatkan kesiapan dan mulai menimbun beras; [ 17 ] [ 18 ] bulan itu, Luwu jatuh ke tangan pasukan Belanda, yang kemudian bergerak lebih jauh ke pedalaman.
Pada bulan Februari anak buah Tiku, dikirim untuk memperkuat kerajaan selatan, melaporkan bahwa tidak ada lagi kepemimpinan yang koheren dan bahwa kedua kerajaan kalah melawan Eropa. Ini meyakinkan Tiku untuk melatih lebih banyak pasukan dan membentuk dewan militer beranggotakan sembilan orang, dengan dirinya sebagai pemimpinnya. Pada Maret , kerajaan lainnya telah jatuh, meninggalkan Tiku sebagai penguasa Toraja terakhir.
Melalui sebuah surat, Panglima Belanda Kapten Kilian menyuruh Tiku untuk menyerah, sebuah tuntutan yang tidak dipenuhi oleh Tiku. Sebaliknya, pada April ia mengirim rombongan ekspedisi ke Tondon. Meskipun gerakan pasukan ini tidak dilawan, setelah malam tiba pasukan Tiku menyerang kamp Belanda di Tondon; ini memaksa pasukan Belanda untuk mundur ke Rantepao dan dikejar oleh pasukan Tiku, yang mengakibatkan banyak korban dari pihak Belanda di sepanjang perjalanan.
Strategi Tiku didasarkan pada pengalaman yang diperolehnya saat melawan panglima perang lainnya. Ekspedisi yang gagal menyebabkan perang terbuka antara Tiku, yang bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu, dan pasukan Belanda. Tiku memiliki mata-mata di Rantepao. Pada tanggal 22 Juni, mereka melaporkan bahwa sebuah batalyon Belanda yang terdiri dari kira-kira orang dan kuli telah meninggalkan desa pada malam sebelumnya, mengarah ke selatan menuju arah benteng Tiku di Lali' Londong.
Tiku memerintahkan agar jalan tersebut disabotase, sehingga memperpanjang waktu tempuh dari satu hari menjadi lima hari. Pada malam tanggal 26 Juni, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, sebuah serangan yang tidak diprediksi oleh Belanda. Namun, tidak ada yang tewas dalam serangan itu. Keesokan paginya, Belanda memulai pengepungan di Lali' Londong, [ 24 ] menggunakan granat tangan dan tangga.
Karena tidak mampu menghadapi granat, senjata baru Belanda yang tidak digunakan melawan panglima perang lain sebelumnya, sore itu benteng itu berhasil direbut pasukan Belanda. Kekalahan ini membuat Tiku memperkuat anak buahnya. Pasukan Toraja dipersenjatai dengan senapan, tombak, batu besar, pedang, dan ekstrak cabai, [ 26 ] disemprotkan ke mata musuh dengan alat yang disebut tirik lada , atau sumpitan , untuk membutakan mereka.
Tiku sendiri dipersenjatai dengan senapan, tombak, dan labo Portugis. Dia mengenakan baju pelindung, sepu penjaga selangkangan , dan songkok dengan tonjolan berbentuk tanduk kerbau, dan membawa perisai yang dihias. Dengan tentaranya, Tiku menggali lubang yang diisi dengan tiang bambu tajam di sepanjang rute pasokan Belanda. Mereka yang berjalan di atas lubang akan jatuh dan tertusuk.
Pada 17 Oktober , dua benteng bernama Bamba Puang dan Kotu, jatuh, [ 28 ] setelah beberapa kali serangan gagal Belanda sejak Juni. In January Tiku sent scouts to Sidareng and Sawitto, which the Dutch were invading, to observe their way of battle. When the scouts reported of the Dutch forces' overwhelming strength and seemingly magical powers used against the Bugis soldiers, he ordered his fortresses to increase readiness and begin stocking up on rice; [ 17 ] [ 18 ] that month, Luwu fell to Dutch forces, who then moved further inland.
In February Tiku's men, sent to reinforce the southern kingdoms, reported that there was no longer coherent leadership and that both kingdoms were losing against the Europeans. This convinced Tiku to train more troops and form a nine-member military council, with himself as its leader. By March the other kingdoms had all fallen, leaving Tiku as the last Torajan lord.
Through a letter, the Dutch commander Captain Kilian told Tiku to surrender, a demand Tiku was unwilling to entertain. Instead, in April he sent an expeditionary party to Tondon. Although the party's approach was not resisted, after nightfall Tiku's troops attacked the Dutch camp in Tondon; this forced the Dutch forces to retreat to Rantepao with Tiku's men in pursuit, suffering numerous casualties along the way.
Tiku's military actions were based on the experience he had gained fighting the other lords. The failed expeditionary force led to open warfare between Tiku, who went into hiding in his fortress at Buntu Batu, and Dutch troops. Tiku kept spies on the Dutch forces at Rantepao. On 22 June they reported that the preceding night a Dutch battalion consisting of roughly men and porters had departed the village, headed south towards Tiku's fortress at Lali' Londong.
Tiku ordered the road sabotaged, extending the travel time from one day to five. On the night of 26 June, Tiku's forces attacked the Dutch forces outside of Lali' Londong, an attack for which the Dutch were unprepared; nobody was killed in the attack. The following morning, the Dutch began a siege on Lali' Londong, [ 24 ] using hand grenades and ladders.
Unable to deal with the grenades, which the Dutch had not used on the other lords, that afternoon the fortress was captured. This loss led Tiku to reinforce his men. Tiku himself was armed with a Portuguese rifle, spear, and labo. He wore protective armour, a sepu crotch guard , and a songkok with protrusions in the shape of buffalo horns, and carried a decorated shield.
With his soldiers, Tiku dug pits filled with bamboo stakes along Dutch supply routes; those who wandered over the pits would fall in and be impaled. On 17 October , two more fortresses, Bamba Puang and Kotu, fell, [ 29 ] after several unsuccessful Dutch attacks since June. After a long siege, Andi Guru and Tiku's former lieutenant Tandi Bunna' — both by then working for the Dutch — approached Tiku on 26 October and offered a cease fire.
Although initially unwilling, Tiku was reportedly convinced by civilians who reminded him that his mother — who had died in the siege — needed to be buried.
Pongtiku biography
He and his soldiers were forced to go to Tondon. In Tondon Tiku began preparations for his mother's funeral, preparations which, in Torajan culture, took several months. While taking care of the preparations, he had an advisor collect weapons secretly while another went to his fortresses in Alla' and Ambeso. While in Tondon, Dutch forces may have harassed the Torajan leader.